Implementasi Link and Match dalam Kurikulum SMK untuk Kebutuhan Dunia Industri (1)

Abstrak
SMK seharusnya menjadi bekal peserta didik untuk mendapat keterampilan khusus yang nantinya
dapat diaplikasikan di dunia industri cenderung kontradiktif karena realitanya di dunia industri
belum menampung banyak lulusan SMK. Banyaknya lulusan SMK yang menjadi pengangguran
menjadi salah satu persoalan kurikulum SMK yang ada di Indonesia. Implementasi link and match
menjadi solusi yang relevan untuk menghubungkan antara kurikulum SMK dan kebutuhan dunia
industri. Kebutuhan dunia industri merupakan hal yang penting dalam lulusan SMK karena hal
tersebut mampu menentukan kualitas lulusan SMK. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui
sinergitas kurikulum SMK dam kebutuhan industr, serta kebijakan link and match yang merupakan
sebuah konsep yang diharapkan mampu mencapai sinergitas tersebut. hasil yang didapatkan dari
penelitian ini adalah mampu memberikan penjelasan yang lengkap dan mendalam mengenai
kebijakan link and match, bahwa kebijakan LInk and Match diharapkan mampu membantu SMK
dalam mencetak tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan industri. Dengan demikian, SMK
dapat membuat kurikulum dan pelajaran seperti hard skill dan soft skill yang menyesuaikan dengan
kebutuhan industri.

Pengantar
Sekolah Menengah Kejuruan menurut Undang – Undang Negara Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 18 dijelaskan bahwa Pendidikan Kejuruan
merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja pada bidang
tertentu. Lulusan SMK diharapkan mampu menghasilkan tenaga siap kerja, yang terampil sesuai
kebutuhan industri. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22
Tahun 2006, tujuan dari Pendidikan Kejuruan, adalah sebagai tenaga kerja yang terampil, mampu
meningkatkan intelegensi, baik dalam kepribadian, akhlak dan pengetahuan sesuai dengan
kejuruannya.
Pada pelaksanaannya, justru terjadi kontradiktif dengan pernyataan diatas. Yang sebenarnya terjadi
di lapangan, tidak sedikit dunia industri yang belum mau menampung peserta didik lulusan SMK
sehingga banyak lulusan SMK yang menjadi pengangguran sesuai dengan laporan Badan Pusat
Statistik tahun 2020. Beberapa hal yang menjadi penyebab sedikit lulusan SMK yang diterima di
dunia industri diantaranya karena persyaratan kriteria yang diperlukan oleh pihak dunia industri
belum mampu dipenuhi lulusan SMK. Sebaliknya, jika ada peserta didik lulusan SMK yang
bekerja, itu cenderung berbeda dengan arah kompetensi yang dimiliki. Pihak perusahaan yang

memilih dan menerima lulusan SMK sekalipun ternyata memposisikan mereka secara luas berbeda
dengan jurusannya, seperti menjadi menjaga toko, keamanan perumahan, dan posisi lainnya yang
tidak sejalan dengan kompetensinya (Husein, 2019).
Link and match adalah penyesuaian kompetensi yang dibutuhkan pasar kerja ke depan. Diharapkan
kebutuhan dunia pendidikan tidak lagi berorientasi pada penawaran yang diberikan oleh pendidikan
kejuruan, melainkan kebutuhan yang diperlukan pada pasar industri. Link and Match memastikan
bahwa peserta didik mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan mempunyai kesempatan kerja
yang lebih (Sandiaga Uno, 2019)
Tujuan peneliti mengkaji literatur bertemakan sinergitas kurikulum SMK dan kebutuhan industri
dengan harapan mendapatkan pengetahuan mengenai link and match kurikulum SMK dengan dunia
usaha dan dunia industri. Konsep link and match ini dapat digunakan sebagai media untuk
meningkatkan relevansi pendidikan tinggi dengan kebutuhan tenaga kerja. Serta memastikan
peserta didik memiliki kesempatan bukan hanya mendapatkan pendidikan berkualitas, tapi setelah
mereka lulus dapat kesempatan kerja.

Objek dan Persoalan
Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia yang terdata yaitu kurang lebih 1,63
juta orang di tahun ajaran 2020/2021. Dengan 702.517 orang dari sekolah negeri dan 929.755 orang
dari sekolah swasta. Jumlah itu pun melanjutkan peningkatan sejak dua tahun ajaran sebelumnya.
Pada 2018/2019, lulusan SMK mencapai 1,47 juta orang, terdiri dari 629.873 orang asal negeri dan
842.130 orang asal swasta. Kemudian, naik menjadi 1,58 juta orang pada 2019/2020, terdiri dari
717.286 orang asal negeri dan 867.572 orang asal swasta.
Lulusan SMK baik itu negeri maupun swasta menyumbang pengangguran tertinggi di Indonesia.
Banyaknya lulusan SMK yang menjadi pengangguran menjadi salah satu persoalan kurikulum
SMK yang ada di Indonesia. Ini merupakan tantangan besar yang harus dihadapi pemerintah
Indonesia dalam upaya menciptakan tenaga kerja terampil sesuai dengan kompetensi yang
dibutuhkan oleh dunia kerja, dalam hal ini adalah dunia usaha/dunia industri (DUDI) yang
relevansinya menyangkut dua dimensi, yaitu sekolah dan dunia kerja atau masyarakat. Masalah
banyaknya pengangguran salah satunya disebabkan oleh manajemen pendidikan yang kurang baik
atau lulusannya yang tidak memiliki kompetensi, hal ini yang memunculkan dampak kekurangan
tenaga kerja yang didominasi pada empat bidang keahlian, seperti maritim, pertanian, pariwisata
dan ekonomi kreatif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *