Implementasi Link and Match dalam Kurikulum SMK untuk Kebutuhan Dunia Industri (2)

Diskusi
Strategi
Strategi yang dilakukan untuk mengimplementasikan Link and Match dengan cara menyusun
kurikulum bersama dengan dunia usaha dunia industri (DUDI) karena kurikulum ini termasuk
penguatan aspek soft skills dan penguatan karakter peserta didik vokasi. Soft Skill adalah salah satu
hal penting yang harus dikembangkan di dalam kehidupan ataupun dalam dunia kerja. Seperti
kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis, kemampuan bekerja dalam tim, berpikir kreatif dan
inovatif, manajemen waktu, dan public speaking serta kemampuan beradaptasi dengan baik di

dalam kehidupan maupun dunia kerja. Keahlian ini menunjukkan bagaimana seseorang dapat
berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain di dalam dunia kerja.
Strategi kedua, adalah pembelajaran berbasis proyek nyata untuk memastikan penguasaan hard
skills yang didukung soft skills. Hard skills merupakan kemampuan spesifik yang harus dimiliki
untuk suatu pekerjaan tertentu seperti, memiliki keahlian desain, memiliki kemampuan menulis,
kemampuan berbahasa asing. dll
Strategi ketiga, yaitu program magang di dunia usaha dunia industri (DUDI) selama satu semester.
Magang merupakan sebuah wadah bagi peserta didik vokasi untuk merasakan langsung dan
memiliki pengalaman di dunia kerja. Bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik dalam
menghadapi dunia kerja setelah lulus.
Strategi keempat, sertifikasi kompetensi bagi peserta didik atau tenaga pendidik. Sertifikasi
kompetensi adalah suatu pengakuan terhadap tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan
pengetahuan. Dan sikap kerja yang sudah sesuai dengan standar kompetensi kerja yang telah
dipersyaratkan.
Kebijakan
Link and match adalah penggalian kompetensi yang dibutuhkan pasar kerja ke depan. Kurikulum
dan sistem pendidikan terutama pendidikan tinggi di Indonesia sudah saatnya sesuai dengan
kebutuhan kerja (link and match). Pasalnya, sampai saat ini lulusan pendidikan tinggi belum
menjadi jaminan bisa memasuki pasar kerja dan dunia industri. Pada hakikatnya konsep link and
match dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan relevansi pendidikan tinggi dengan
kebutuhan tenaga kerja.
(OongKomar, 2017)“Link and match” diharuskan untuk memiliki perubahan dari semua pelaksana
pendidikan seperti seluruh tenaga kependidikan yang terkait. Perubahan yang diharapkan adalah
lulusan dari pendidikan kejuruan mampu mempunya kemampuan atau potensi dunia kerja. Link
and match memastikan bahwa lulusannya mampu berkompetitif dan berwawasan mengenai etika
bekerja, mempunyai visi dalam bekerja, serta soft skill yang mumpuni. Link and match diharapkan
mampu menjadi solusi dalam perkembangan teknologi dan industri, dengan lulusan yang mampu
berpikir kreatif dan inovatif.
Konsep kebijakan Link and Match antara dunia pendidikan dan dunia kerja diharapkan dapat
menekan pengangguran lulusan pendidikan kejuruan yang dari hari ke hari semakin bertambah.
tantangan yang dihadapi pemerintah dan tentunya masyarakat Indonesia adalah MEA, yang
memungkinkan persaingan tenaga kerja secara bebas sesama anggota ASEAN. Oleh karena itu
untuk menjawab tantangan MEA dalam menciptakan tenaga terampil dalam dunia industri yakni
dimulai dengan pengembangan pendidikan kejuruan dengan strateginya adalah kebijakan Link and
Match tersebut, sehingga bagaimana industri yang berada di Indonesia untuk setidaknya merekrut
SDM dalam negeri, yang tentunya sudah terampil dan memiliki skill yang telah dibentuk dari
program – program pendidikan kejuruan yang telah ditempuh, demi memenuhi kebutuhan tenaga
kerja.

Berdasarkan data TPT menurut tingkat pendidikan terakhir, pengangguran dengan pendidikan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan kategori yang paling tinggi dibandingkan dengan
tamatan jenjang pendidikan lainnya, yaitu sebesar 11,13 persen, pada Agustus 2021. Sementara pengangguran yang paling rendah adalah pengangguran dengan tingkat pendidikan sekolah dasar
(SD) ke bawah, yaitu sebesar 3,61 persen.
Pada periode Agustus 2021 dibandingkan dengan tahun 2020, mayoritas pengangguran pada semua
kategori mengalami penurunan. Namun, penurunan terbesar berasal dari kategori pendidikan SMK
sebesar 2,42 persen poin.

Sementara itu, jika dibandingkan dengan semester sebelumnya (Februari 2021), pengangguran
dengan pendidikan SD ke bawah, SMP, dan SMA justru relatif mengalami kenaikan dengan
kenaikan terbesar pada kategori pendidikan SMP sebesar 0,58 persen poin.
Dari dua grafik diatas dapat diketahui bahwa jumlah lulusan SMK rata-rata pertahun adalah 750000
orang, dan jumlah persentase pengangguran dari lulusan SMK merupakan yang terbanyak dari
lulusan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa lulusan SMK yang seharusnya diperuntukkan untuk
siap bekerja, justru malah mendapatkan pengangguran yang paling banyak daripada lulusan
lainnya. Hal ini dapat terjadi juga karena ketidaksesuaian antara kurikulum atau pembelajaran
dalam SMK, dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri. Ini berarti soft skill yang mereka
pelajari belum mampu untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh pihak industri.
Mengutip dari Ketua Dewan Pembina Politeknik, Soemarso, mengatakan bahwa kebijakan
Kebijakan link and match diharapkan mampu mengurangi jumlah pengangguran lulusan SMK yang
terus bertambah. Konsep Link and Match antara lembaga pendidikan dan dunia kerja dianggap
ideal, dimana konsep ini akan menciptakan keterkaitan antara pemasok tenaga kerja dengan
penggunanya. Lebih lanjut Soemarso mengemukakan bahwa dengan adanya hubungan timbal balik
membuat perguruan tinggi dapat menyusun kurikulum sesuai dengan kebutuhan kerja.
Implementasi nyata dari kebijakan Link and Match adalah program magang. Perbaikan program
magang, dimaksudkan agar industri juga mendapatkan manfaat, karena selama ini kesan yang ada
bahwa yang mendapatkan manfaat dari magang adalah perguruan tinggi dan mahasiswa, sedangkan
industri kebagian repotnya.
Solusi
Link and match merupakan salah satu program dengan tujuan menyelesaikan adanya mismatch
pada SMK dan Dunia Industri. Dari hasil analisis artikel terkait, link and match dapat diterapkan
dengan beberapa program yaitu
Koordinasi dengan dunia usaha dunia industri (DUDI)
MoU dengan dunia usaha dunia industri (DUDI)
Sinkronisasi kurikulum bersama dunia usaha dunia industri (DUDI)
Praktek kerja industri
Uji kompetensi keahlian (UKK)
Pemagangan guru
Program Bursa Kerja Khusus
Program teaching factory.

Kesimpulan
Sekolah Menengah Kejuruan merupakan sekolah yang mampu menghasilkan lulusan yang mampu
langsung bekerja di bidangnya. Namun, pada realisasinya SMK justru menghasilkan jumlah
pengangguran terbanyak dibandingkan lulusan-lulusan lainnya. Hal ini dapat diakibatkan karena
ketidaksesuaian yang mereka pelajari pada SMK dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri.
Kebijakan LInk and Match diharapkan mampu membantu SMK dalam mencetak tenaga kerja yang
sesuai dengan kebutuhan industri. Dengan demikian, SMK dapat membuat kurikulum dan pelajaran
seperti hard skill dan soft skill yang menyesuaikan dengan kebutuhan industri.
Pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan memenuhi kebutuhan industri dengan
melakukan pendidikan ketenagakerjaan dengan acuan pada jurusan masing-masing, dengan hal ini
diharapkan mampu membangun opini masyarakat bahwa perlunya pendidikan untuk mampu terjun
ke dunia kerja itu sendiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *