Rendahnya Mutu Pendidikan SMK di Daerah 3T (1)

Abstrak

Pendidikan merupakan proses pengalaman peserta didik di tengah lingkungannya dengan berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapi tanpa harus selalu tergantung pada orang lain. Pendidikan menjadi tolok ukur dalam meningkatkan mutu kehidupan pada sebuah masyarakat. Sampai saat ini, terdapat banyak permasalahan terkait tidak meratanya pendidikan di Indonesia, khususnya daerah 3T. Daerah 3T merupakan daerah yang tingkat pembangunan, termasuk dalam pembangunan pendidikan relatif tertinggal dari daerah lain. Keadaan pendidikan di daerah 3T kurang adanya perhatian sehingga pembelajaran tidak begitu maksimal, khususnya pada jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kurangnya tenaga pengajar/guru menjadi salah satu faktor utama rendahnya mutu pendidikan SMK di daerah 3T. Meningkatkan mutu pendidikan SMK di daerah 3T adalah langkah penting untuk memperbaiki problematika pendidikan SMK di daerah 3T. Program-program yang dilakukan pemerintah maupun lembaga kemasyarakatan lainnya diharapkan dapat menjadi solusi dalam meningkatkan mutu pendidikan SMK di daerah 3T.

Pengantar                                                                             

Pendidikan merupakan usaha memengaruhi, melindungi serta memberikan bantuan yang tertuju kepada kedewasaan anak didiknya atau dengan kata lain membantu anak didik agar cukup mampu dalam melaksanakan tugas hidupnya sendiri tanpa bantuan orang lain (Lengeveld,1955), selain itu kegiatan pendidikan pada hakikatnya adalah proses pengalaman, tetapi pengalaman ini harus mengarahkan peserta didik kepada pertumbuhan batin, sehingga dengan pertumbuhan batin ini mereka dapat eksis di tengah-tengah lingkungannya dengan berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapi tanpa harus selalu tergantung pada orang lain (Dewey, 1916).

Pendidikan menjadi tolok ukur dalam meningkatkan mutu kehidupan pada sebuah masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian lebih terhadap sektor pendidikan di Indonesia, agar mutu pendidikan di seluruh pelosok daerahnya terpenuhi. Sampai saat ini, terdapat banyak permasalahan terkait tidak meratanya pendidikan di Indonesia. Negara Indonesia memiliki wilayah yang luas secara geografis maupun sosiokultural, perlu upaya yang tepat untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pendidikan, khususnya di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).

Daerah 3T merupakan daerah yang tingkat pembangunan, termasuk dalam pembangunan pendidikan relatif tertinggal dari daerah lain (Dudung A, 2018). Banyak masyarakat di daerah 3T yang belum memiliki kesadaran untuk menyekolahkan anak-anaknya, para orang tua lebih memilih anak-anaknya membantu mencari nafkah daripada harus mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Selain itu, akses informasi dan teknologi yang sulit membuat masyarakat di daerah 3T sulit untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman, hal ini membuat mereka tertinggal dalam berbagai aspek, termasuk akses terhadap pendidikan dari berbagai jenjang, termasuk SMK.

Permasalahan terkait rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat dari kesenjangan antara kebutuhan murid dengan ketersediaan guru dan fasilitas lainnya yang menjadi masalah utama pada pendidikan SMK di daerah 3T.

Mutu Pendidikan SMK di Daerah 3T

Keadaan pendidikan di daerah 3T kurang adanya perhatian sehingga pembelajaran tidak begitu maksimal, khususnya pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Menurut data statistik yang dirilis oleh Kementerian  Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2016: 25-26) menyebutkan bahwa kekurangan guru yang terjadi pada jenjang pendidikan SMA sejumlah 160.661 orang guru dan pada jenjang SMK sejumlah 108.249 orang guru. Kondisi kekurangan guru ini masih menjadi permasalahan yang belum terselesaikan hingga saat ini.

Beberapa keadaan SMK di daerah 3T itu yang pertama, ada di kabupaten Landak provinsi Kalimantan Barat, salah satu permasalahan di daerah ini yaitu kekurangannya tenaga pengajar. Pada tahun 2016 disebutkan bahwa kabupaten Landak masih mengalami kekurangan guru sebanyak 43,79% di semua jenjang pendidikan atau sebanyak 2.904 guru yang dibutuhkan sekolah (Pos Kota Pontianak, 2016).

Kedua, ada di daerah Ibu Kota Kabupaten Mahakam, Kalimantan Timur, ulu yaitu Ujoh Bilang, permasalahan yang  terjadi  adalah daerahnya yang sangat  jauh  ke pedalaman  hutan  Kalimantan  dan  cukup  terisolir  hanya  dapat melalui  jalur  sungai  karena  belum  ada  jalur  darat  yang  layak. Sistem  pendidikan  yang  rata-rata masih minim, infrastruktur sekedarnya, minimnya jumlah tenaga pendidik yang memadai dan juga kualitas guru yang masih rata-rata lulusan sekolah menengah keatas atau sederajat, sehingga untuk tenaga terdidik khususnya sarjana pendidikan masih sangat minim.

Ketiga, ada di daerah  desa Nanga Bayan, kecamatan Ketungau Hulu, kabupaten Sintang, provinsi Kalimantan Barat,  kondisi belajar-mengajar di sana sangat memprihatinkan, di mana guru negerinya hanya empat orang harus mengajar 150 siswa SMP. Ditemukan juga seorang kepala sekolah yang merangkap sebagai guru mengajar siswa dari kelas 1 s/d kelas 3. 

Hal ini juga terjadi di beberapa desa yang berbatasan dengan Malaysia seperti di Desa Jasa, Sungai  Kelik maupun Desa Rentong. Inilah kondisi nyata pendidikan di daerah 3T dan daerah terpencil serta pedalaman. Berbagai kondisi pendidikan yang ada di daerah 3T tersebut  diperparah dengan aksesibilitas menuju ke sekolah buruk sehingga menghambat guru maupun siswa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *