Rendahnya Mutu Pendidikan SMK di Daerah 3T (2)

Diskusi

Penyelenggara  pendidikan  di  daerah  3T menghadapi  kompleksitas  tersendiri. Kompleksitas    yang dihadapi   oleh   daerah  3T  menjadi   salah   satu  faktor   penyebab  kondisi   pemerataan   akses pendidikan    di  seluruh    wilayah beberapa faktor yang menjadikan sekolah di daerah 3T sangat minim atau kurangnya perhatian, yaitu : 

  1. Tenaga pengajar yang  terbatas karena tidak banyak yang mau mengabdikan diri sebagai guru di daerah terpencil,
  2. Wilayah terpencil yang secara geografis sulit dijangkau,
  3. Aksesibilitas menuju ke sekolah buruk sehingga menghambat guru maupun siswa,
  4. Angka partisipasi sekolah yang masih rendah,
  5. Gaji yang kurang,
  6. Belum sepenuhnya menjangkau seluruh lapisan masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan,
  7. Angka putus sekolah juga masih relatif tinggi, sementara angka partisipasi sekolah masih rendah
  8. Tidak adanya gedung/ruangan sekolah tersendiri, maka dari itu beberapa sekolah belajar di ruang terbuka atau menginduk ke sekolah lain

Kurangnya tenaga pengajar/guru menjadi salah satu faktor utama rendahnya mutu pendidikan di daerah 3T khususnya di jenjang SMA/SMK. Daerah 3T memerlukan upaya peningkatan mutu pendidikan yang dikelola secara khusus dan sungguh-sungguh dalam mengatasi rendahnya mutu pendidikan terutama di jenjang akhir seperti SMK karena SMK menjuruskan siswa/siswi ke bidang tertentu yang harus lebih diperhatikan, fasilitas maupun tenaga pengajar harus diberikan secara merata agar tidak naiknya angka putus sekolah.

Solusi

Meningkatkan mutu pendidikan SMK di daerah 3T adalah langkah penting untuk memperbaiki problematika pendidikan SMK di daerah 3T. Dengan meningkatkan akses pendidikan di daerah 3T, stigma kesenjangan sumber dan infrastruktur akan terhapus, dan menjadikan masyarakat di daerah 3T merasa termasuk bagian dari negara Indonesia.

Mengenai masalah ketersediaan tenaga pendidik, pemerintah sebenarnya telah berusaha melakukan pemenuhan dengan menempatkan guru-guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) di daerah tertinggal atau terpencil. Namun, dilihat dari fakta di lapangan menunjukkan banyak guru yang enggan mengajar di daerah terpencil karena berbagai alasan. Salah satunya karena letak sekolah yang sulit dijangkau, fasilitas yang tidak memadai, dan jauh dari pusat keramaian. Sehingga banyak guru yang mengajukan untuk pindah ke sekolah yang berada di perkotaan. Dengan begitu, masalah ini seharusnya tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, melainkan masyarakat luas melalui organisasi kemasyarakatan atau lainnya untuk ikut terlibat dalam membantu mengatasi ketersediaan tenaga pendidik di daerah terpencil.

Program-program untuk mengembangkan kapasitas guru, penyediaan sarana prasarana pendidikan, dsb., juga merupakan langkah yang dapat diambil dalam mengatasi rendahnya mutu pendidikan SMK di daerah 3T. Salah satu program Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk membangun pendidikan di daerah 3T adalah Program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia (MBMI). Program ini meliputi:

  1. Program Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi dan Kewenangan Tambahan (PPGT);
  2. Program Sarjana Mendidik di Daerah 3T (SM-3T); dan
  3. Program Pendidikan Profesi Guru Kolaboratif (PPG Kolaboratif)

Program-program tersebut dapat menjadi jawaban untuk mengatasi permasalahan pendidikan di daerah 3T. Program SM-3T sebagai salah satu program MBMI yang dimaksudkan untuk membantu kekurangan guru, sekaligus menyiapkan calon guru profesional dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan sebagai berikut:

  1. Membantu daerah 3T dalam mengatasi permasalahan pendidikan terutama kekurangan tenaga pendidik;
  2. Memberikan pengalaman pengabdian kepada Sarjana Pendidikan sehingga terbentuk sikap profesional dan terampil dalam memecahkan masalah pendidikan;
  3. Menumbuhkan sikap cinta tanah air, bela negara, peduli, empati, terampil, dan bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa;
  4. Membangun daya juang dalam mengembangkan pendidikan di daerah 3T;
  5. Meningkatkan kecintaan terhadap profesi sebagai guru yang bertugas di daerah 3T;
  6. Mempersiapkan calon pendidik profesional sebelum mengikuti PPG.

Selain itu, terkait masih banyaknya masyarakat yang belum menyadari pentingnya pendidikan karena lebih memilih untuk mencari nafkah, pemerintah dapat menyediakan jurusan SMK yang sesuai dengan karakteristik daerahnya. Misalnya, SMK perikanan, perkapalan di daerah 3T yang dominan dengan perairan, dsb. Dengan begitu, peserta didik dapat menuntut ilmu sesuai dengan mata pencaharian yang akan ditekuni begitu mereka lulus.

Kesimpulan

Kondisi Negara Indonesia yang memiliki wilayah yang luas secara geografis dan sosio struktural membuat pembangunan di setiap daerahnya tidak merata, termasuk pada aspek pendidikan khususnya di jenjang SMK. Terdapat daerah-daerah yang tertinggal dalam pembangunan pendidikannya, daerah ini disebut dengan daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar). Terdapat masalah-masalah pendidikan di daerah 3T, seperti kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pendidikan, kurangnya akses terhadap teknologi dan informasi yang menghambat berjalannya pendidikan, kurangnya ketersediaan tenaga pendidik, serta sarana prasarananya, dsb. Permasalahan ini membuat mutu pendidikan SMK di daerah 3T menjadi rendah.

Maka perlu adanya peningkatan mutu yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat luas melalui lembaga kemasyarakatan atau lainnya, agar terjadi kemajuan pada pendidikan SMK di daerah 3T. Diadakannya kembali Program Sarjana Mendidik di Daerah 3T menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kurangnya ketersediaan tenaga pendidik di daerah terpencil. Program-program lainnya seperti penyediaan sarana prasarana, pemerataan tenaga pengajar, penyediaan jurusan SMK yang sesuai dengan karakteristik daerah juga diharapkan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan mutu pendidikan SMK 3T, dan membuat proses belajar mengajar di sekolah berjalan lancar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *