Oleh : Hani Rosina1, Virgantina2, Yahya Ayyash3, Asep Hadian Sasmita4, Vina Dwiyanti5
A B S T R A C T
Pendidikan vokasi membekali keahlian terapan dan keahlian tertentu yang diperlukan pada pekerjaan tertentu. Memasuki era revolusi industri 4.0 banyak sekali perubahan di lembaga pendidikan dan kebutuhan kerja industri, Pelaksanaan kurikulum pendidikan vokasional saat ini belum sesuai dengan kebutuhan dunia industri. Sehingga terjadi ketidakcocokan atau ketidaksesuaian dengan kebutuhan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) termasuk masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan menggunakan artikel ilmiah dari hasil penelitian sekitar tahun 2011-2021, dengan menggunakan beberapa kata kunci yang spesifik untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sekolah vokasi di Indonesia perlu membentuk lulusan yang mempunyai soft skills dan hard skills yang memiliki kecocokan atau kesesuaian dengan Dunia Usaha/Dunia Industri, sehingga lulusan pendidikan vokasi saat memasuki dunia kerja tidak akan mengalami kesulitan beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang ada di industri.
1. Introduction
Pendidikan Vokasional merupakan pendidikan dengan kurikulum di dalamnya yang disesuaikan dengan bidang dan keahlian siswa. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu sekolah vokasi di Indonesia memegang peranan penting dalam menghasilkan calon lulusan berkualitas yang siap bekerja dengan dibekali pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja sesuai dengan bidangnya dan sesuai dengan kebutuhan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).
Seiring dengan Perkembangan Teknologi Informasi (TI) dan Dunia industri, maka kurikulum pun harus di sesuaikan dengan perkembangan zaman. SMK dituntut untuk menyiapkan lulusan sesuai dengan kebutuhan industri agar dapat mengikuti permintaan pasar yang terus berkembang dan berubah. Sehingga, Sekolah vokasi harus menganut pada kebijakan ‘Link and Match’ yang menghasilkan wawasan-wawasan masa depan dengan mutu, keunggulan, profesional, nilai tambah, dan ekonomi dalam menyelenggarakan pendidikan kejuruan.
Apakah Sekolah Mengah Kejuruan mampu menyesuaikan kurikulumnya dengan dunia industri? Dalam mempersiapkan lulusan yang sesuai dengan dunia Industri, dibutuhkan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai, seperti fasilitas praktik sebagai pendukung pelaksanaannya pendidikan vokasi. Namun, lulusan yang siap bekerja tidaklah banyak, dikarenakan berbedanya kurikulum sekolah dengan dunia industri. Apakah Kurikulum yang berkembang mengikuti dunia industri akan menghasilkan lulusan siap kerja dibandingkan kurikulum saat ini?.
Apa yang menjadi faktor penghambat dalam penerapan perkembangan kurikulum sesuai dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) serta dunia industri? Peran guru dalam proses pengembangan kurikulum sangatlah penting, dan guru yang memiliki pengalaman langsung di bidang industri akan sangat membantu calon lulusan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengembangan kurikulum pada pendidikan vokasional berbasis pada perkembangan Teknologi Informasi (TI) dan kebutuhan dunia industri.
2. Method
Artikel ilmiah ini didasarkan pada metode Systematic Literature Review (SLR) dengan Matriks Sintesis, Literature Review adalah metode Literature Review yang mengidentifikasi, menilai, dan menginterpretasi seluruh temuan-temuan pada suatu topik penelitian, untuk menjawab pertanyaan penelitian (research question) yang telah ditetapkan sebelumnya (Kitchenham & Charters, 2007). Pada Matriks Sintetis, membandingkan data tujuan, metode, sampel, temuan kesamaan, dan keunikan dari berbagai sumber.
3. Result and Discussion
Berdasarkan hasil penelitian Triyono (2017), merumuskan bahwa pengajar di era industri 4.0 harus bisa menggapi perubahan, berperan sebagai pendamping bagi pelajar, melatih pelajar menjadi pembelajar yang mandiri, mengembangkan keahlian, dan memberikan bimbingan.
Sistem pembelajaran, kemudian pendidikan dan tenaga kependidikan, peserta didik dansatuan pendidikan, dimana sistem ini saling terhubung satu sama lainnya, sehingga memuncul sebuah literasi baru yakni literasi digital, literasi teknologi dan literasi manusia. Dalam menghadapi revolusi industri 4.0 perlunya dikristalisasi kurikulum, materi ajar, teknik pengajaran untuk menciptakan dimana peserta didik dapat berinovasi, keratif, imajinatif dalam menggunakan teknologi, adanya kolaborasi secara daring terbuka secara global yang dilakukan secara fleksibel.
Peran pengajar di pendidikan vokasi tidak terlepas dari perubahan pembelajaran di era R1 4.0, ini maka harus mampu mengikuti perkembangan teknologi, akan tetapi jika tidak mengikuti tentu akan mengalami terjadinya ketertinggalan. Pengajar juga harus memiliki kompetensi sesuai vokasi menurut Yeweon Jeon, dkk (2017) pengajar harus memiliki teaching design, teaching and learning guidance, research on teaching content, research on teaching methods,career and interpersonal relationship guidance, management support for school and class, cooperation.
Pendidik dalam menghadapi era 4.0 juga harus mampu menanggapi perubahan, berperan sebagai pendamping bagi peserta didik untuk menemukan dan menciptakan belajar mandiri, selain itu juga pendidik harus mengembangkan keahliannya mengelola data peserta didik, bimbingan karir melalui pemanfaatan big data. Di sini terlihat meski adanya perkembangan teknologi, perubahan menghadapi era revolusi industri tetap peran pengajar sangat dibutuhkan, namun perannya juga harus menyesuaikan seperti menjadi fasilitator, sebagai pendamping untuk peserta didik.
Kurangnya sarana dan prasarana yang menghambat proses praktik langsung di industri, hal tersebut yang membuat sulitnya menyelaraskan kurikulum sekolah dengan perkembangan dunia industri. Serta Guru yang tidak memiliki latar belakang atau pengalaman langsung pada dunia industri.
Penulis & Tahun | Tujuan | Metode | Sampel | Temuan | Kesamaan | Keunikan |
Miftah rur Bin Afan dan Muha mmad Rizki | Artikel ini bertujuan untuk mendesk ripsikan perkemb angan kurikulu m pendidik an vokasion al dengan kebutuha n dunia industri | Mengguna kan pendekatan kualitatif dengan jens penelitian desain penelitian deskriptif | Kurikulum berbasis pada kebutuhan industri terhubung satu sama lainnya, sehingga memunculkan sebuah literasi baru yakni literasi digital, literasi teknologi dan literasi manusia dan teliti, namunmembutuhka n waktu dan biaya yang besar untuk penelitian dan pengembangannya | 1. Kurikulum bersifat dinamik (dapat berubah-ubah) 2. Prinsip pengembangan kurikulum : a. Prinsip relevansi, yaitu memperhatikan kebutuhan. b. Prinsip fleksibilitas, yaitu kemudahan penyesuaian dengan keadaan. c. Prinsip kontinuitas, yaitu proses belajar secara berkesinambungan. d. Prinsip efisiensi, tidak membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang besar. e. Prinsip efektifitas, harus memenuhi tujuan. 3. Saat ini pelaksanaan kurikulum pendidikan vokasional belum sesuai dengan kebutuhan dunia industri 4. Kompetensi soft skills untuk mendukung dalam menyelesaikan tugas, sedangkan hard skills untuk melakukan pekerjaan sesuai bidang keahlian 5. Partisipasi guru dalam pengembangan kurikulum sangat membantu siswa | Kurikulum mengalami perubahan seiring dengan perkembangan teknologi informasi, maka dari itu kurikulum harus disesuaikan dengan perkembangan teknologi serta mengikuti duni industri | Untuk mewujudk an kurikulum sesuai dengan apa yang dibutuhka n industri, dapat dilakukan dengan pelaksana an prakerin ke industri, yaitu meningkat kan skill dan pengetahuan siswa sesuai dengan bidangnya |
Metode Systematic Literature Review (SLR) merupakan metode untuk menilai seluruh temuan pada topik penilitian yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian atau Research Question (RQ) yang telah ditetapkan. Dalam haal ini, pada sekolah vokasi yang dimana lebih banyak mempelajari praktik dibandingkan teori.
Karena perkembangan teknologi informasi serta berkembangnya dunia industri, maka sekolah menengah kejuruan (SMK) dituntut untuk menyelaraskan kurikulum sekolah dengan perkembangan industri. Namun, karena terbatasnya sarana dan prasarana, membuat terhambatnya proses praktik langsung di industri. Faktor lainnya adalah karena guru yang mengajar di sekolah menengah kejuruan tidak memiliki latar belakang atau pengalaman langsung di dunia industri.
Apabila kurikulum sekolah dapat diselaraskan dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) dan Dunia industri, maka pengangguran pada tingkat sekolah menengah kejuruan akan berkurang, lulusan yang dihasilkan akan memiliki sikap siap kerja sesuai dengan bidang keahliannya. Dapat dipastikan bahwa kurikulum yang diselaraskan dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) dan Dunia industri akan berhasil menghasilkan lulusan yang siap kerja.
Oleh karena itu, penyelarasan kurikulum sesuai dengan perkembangan tenologi informasi dan dunia industri belum dapat terlaksana. Penyelarasan kurikulum dengan perkembangan tenologi informasi dan dunia industri dapat diwujudkan apabila sarana dan prasaran memadai, memiliki biaya yang cukup untuk melakukan pratik langsung di industri, dan memiliki guru yang mempunyai pengalaman langsung pada dunia industri.
References
Afrina, Eka, dkk. (2018). Vokasi di Era Revolusi Industri: Kajian Ketenagakerjaan di Daerah.
Jakarta: Perkumpulan Prakarsa
Sukmadinata, Nana S. (2008). Pengembangan kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Mendikbud: Kurikulum SMK Akan Disesuaikan Dengan Kebutuhan Industri. http://www.tribunnews.com/metropolitan/2018/06/30/mendikbud-kurikulum-smk- akandisesuaikan-dengan-kebutuhan-industri.
Yoto. et al. (2013). Partisipasi Masyarakat Industri dalam Penyusunan Sinkronisasi Kurikulum di
SMK. Jurnal Teknik Mesin, 21(1), 113-126.
Unung Verawadina, Nizwardi Jalinus, Lise Asnur. (2019). Mengkaji Kurikulum di Era Revolusi 4.0
Bagi Pendidikan Vokasi. 17(2), 228-239.
Unung Verawadina, Nizwardi Jalinus, Lise Asnur. (2019). Kurikulum Pendidikan Vokasi Pada Era
Revolusi Industri 4.0. Jurnal Pendidikan, 20(1), 82-90.