PERKEMBANGAN AUGMENTED REALITY DAN PENGGUNAANNYA
DALAM BIDANG ARSITEKTUR

Ditulis Oleh : Mochamad Alvariz Rhemaiza,  Muhammad Rijal Al Ayubi,  Sarah Rasyida Hanifah

Dewasa ini, AR telah mengalami kemajuan yang signifikan dan menjadi lebih umum digunakan dan dimanfaatkan. Perkembangannya mencakup peningkatan pengalaman pengguna, perangkat keras yang lebih canggih, dan penggunaan yang semakin luas di berbagai industri. AR saat ini menawarkan banyak potensi dan peluang dalam berbagai industri dan bidang, sehingga AR telah mulai bermunculan di berbagai profesi pekerjaan dengan tujuan meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan pengalaman pengguna. Salah satu profesi yang bisa melibatkan AR dalam pengerjaannya adalah arsitektur.

Arsitektur terus mengalami perkembangan yang pesat seiring dengan kemajuan teknologi, perubahan sosial, dan tantangan lingkungan yang semakin kompleks. Dulu, para arsitek hanya mengandalkan secarik kertas, pensil, dan penggaris. Namun kini, dengan semakin berkembangnya zaman sekaligus teknologi yang juga semakin maju, para arsitek mulai memanfaatkan teknologi dalam melakukan proses perancangan desain. Dengan teknologi, para arsitek bisa lebih cepat dalam merancang desain, berapapun jumlah desain yang mereka terima dan mereka dapat kerjakan. Teknologi juga bisa meminimalisasi kesalahan dalam merancang, sehingga para arsitek tidak perlu lagi repot menghapus garis yang sudah mereka buat. Bahkan, dengan teknologi para arsitek bisa mengetahui bentuk 3D dari desain yang telah mereka rancang sekaligus bisa langsung mereka evaluasi dan modifikasi jika masih terasa kurang.

Sejarah Augmented Reality pada Dunia Arsitektur

Arsitek merupakan profesi yang selalu mengikuti euforia perkembangan teknologi, khususnya perkembangan komputer atau digital (Satwiko, 2010 dalam Wastunimpuna dan Purwanto, 2021). Hal tersebut dikarenakan fakta bahwa ranah arsitektur berkaitan erat dengan visualisasi dimana dunia digital sangat menunjang cara seseorang yang bergelut dalam dunia arsitektur untuk memvisualisasikan ide sebelum suatu bangunan dibangun (Wastunimpuna dan Purwanto, 2021). Salah satu teknologi termutakhir yang mulai digunakan untuk perangkat visualisasi oleh arsitek yakni Augmented Reality. Augmented Reality (AR) adalah teknologi yang menggabungkan elemen digital seperti gambar, suara, dan objek 3D dengan dunia nyata untuk menciptakan pengalaman yang mengintegrasikan dunia fisik dan virtual. 

Tujuan dari AR adalah untuk meningkatkan persepsi dan interaksi pengguna dengan lingkungan mereka dengan menyediakan informasi tambahan atau objek virtual yang terintegrasi secara real-time. Ide AR pertama dicetuskan oleh Ivan Sutherland pada tahun 1968 yang menciptakan “The Sword of Damocles”, yang dianggap sebagai salah satu sistem pertama yang menggunakan prinsip dasar AR. Sistem ini terdiri dari mikrofon headset yang terpasang di kepala pengguna yang menampilkan objek grafis 3D di dunia nyata. Nama Augmented Reality pertama kali muncul pada tahun 1990-an oleh seorang insinyur pesawat terbang bernama Tom Caudell yang menciptakan istilah “augmented reality” untuk menggambarkan penggunaan teknologi pencitraan dalam desain pesawat. Pada Tahun 2000 awal, AR mulai diterapkan pada dunia konstruksi. Aplikasi awal AR dalam arsitektur melibatkan penggunaan sistem proyeksi dan perangkat keras khusus untuk memvisualisasikan model 3D bangunan di lokasi fisik sebenarnya.

Penggunaan Augmented Reality dalam Dunia Arsitektur

Seiring dengan perkembangannya, penggunaan teknologi Augmented Reality (AR) dalam bidang arsitektur menjadi semakin populer. Dalam proses perancangan sendiri, AR dapat mempermudah beberapa langkah di dalamnya. Beberapa penggunaan teknologi AR dalam bidang arsitektur diantaranya adalah :

  1. Perancangan dan presentasi arsitektur : Teknologi AR dapat digunakan oleh arsitek untuk memvisualisasikan konsep dan ide-ide desainnya dengan lebih interaktif. Pengalaman spasial yang dirasakan dari teknologi ini kemudian dapat digunakan oleh perancang untuk merancang arsitektur yang lebih kontekstual dengan lingkungannya. Visualisasi perancangan bangunan yang akan diusulkan menggunakan teknologi AR juga dapat membantu mengkomunikasikan ide dan tujuan desain dari perancang dengan lebih jelas kepada klien dan pemangku kepentingan lainnya. 
  2. Pemeliharaan dan perbaikan bangunanTeknologi AR dapat digunakan oleh teknisi dan kontraktor untuk melihat informasi tentang sistem dan komponen bangunan secara langsung di lapangan. Informasi yang mencakup instruksi perbaikan, manual, dan data penting lainnya yang ditampilkan secara nyata pada lokasi sesungguhnya dapat membantu pemeliharaan dan perbaikan bangunan menjadi lebih efektif dan efisien. Salah satu contoh dari perangkat AR yang berfungsi untuk melakukan pemeliharaan dan perbaikan pada bangunan adalah “Architectural Anatomy”. Perangkat ini menciptakan augmented reality. untuk menunjukkan bagian bangunan yang tersembunyi di balik konstruksi arsitektural atau struktural layaknya penglihatan x-ray dengan model yang berdasarkan pada gambar konstruksi (Webster, dkk, 1996).
  3. Pembelajaran dan pelatihan arsitekturTeknologi AR dapat digunakan dalam dunia pendidikan dan pelatihan arsitektur sebagai metode pembelajaran yang lebih interaktif. Mahasiswa arsitektur dapat berinteraksi dengan model tiga dimensi dari bangunan untuk menjelajahi bangunan secara virtual, merasakan pengalaman spasial dari bangunan secara virtual, mempelajari komponen, detail-detail, dan prinsip desain arsitektur dari jauh.

Dari studi literatur yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Augmented Reality merupakan sebuah teknologi yang mulai sering digunakan dan dimanfaatkan di berbagai bidang, seperti bidang arsitektur. Arsitektur menjadi salah satu bidang profesi yang paling diuntungkan dengan adanya AR, dimana penggunaan AR dapat mempermudah seorang arsitek untuk merancang sebuah desain, meningkatkan efisiensi waktu pengerjaan, hingga meminimalisir kesalahan. AR juga sekaligus bisa membantu seorang klien memahami apa yang dirancang oleh arsitek secara langsung.

Referensi :

  1. Chaszar, A., & Lieberman, O. (2016). Augmented Reality as a Participatory Design Tool for Architects and Clients: A Case Study of a New Building on a University campus. Architectural Engineering and Design Management, 12(6), 454-470 
  2. Ding, L., & Wang, X. (2019). An Augmented Reality-Based Design Approach for Sustainable Architecture. Frontiers of Architectural Research, 8(2), 222-235 
  3. Huang, S., Xu, W., & Zhao, D. (2019). A Survey on Architectural Augmented Reality: Design, Implementation, and Applications. Virtual Reality & Intelligent Hardware, 1(1), 70-87. 
  4. Joefrie, Y. Y., & Anshori, Y. (2011). Teknologi Augmented Reality. MEKTEK, 13(3). 
  5. Rahadi, Tursina, & Anra H. (2017). Rancang Bangun Aplikasi Augmented Reality Berbasis Android untuk Pengenalan Rumah Adat Kalimantan Barat. Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi (JUSTIN), 5(4). 229-235. 
  6. Sulistianingsih, A. S., & Kustono, D. (2022). Potensi Penggunaan Teknologi Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR) dalam Pembelajaran Sejarah Arsitektur di Era Pandemi Covid-19. JUPITER (Jurnal Pendidikan Teknik Elektro), 7(1). 10-18. 
  7. Webster, A., Feiner, S., MacIntyre, B., Massie, W., & Krueger, T. (1996, June). Augmented reality in architectural construction, inspection and renovation. In Proc. ASCE Third Congress on Computing in Civil Engineering (Vol. 1, p. 996). 
  8. Wastunimpuna, B. Y. A., & Purwanto, L. (2021). Augmented Reality dalam Proses Desain Arsitek Masa Depan. JoDA-Journal of Digital Architecture, 1(1). 19-30. DOI: https://doi.org/10.24167/joda.v1i1.3494

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *