OTOMATISASI PERANCANGAN ARSITEKTUR
PADA ERA REVOLUSI INDUSTRI 5.0

Ditulis Oleh : Fadhillah Nur As-Syifa , Sabrina Wistri Shaki Dwi Agustina, Sofia Ayu Adila 

Era revolusi industri 5.0 telah tiba, membawa perubahan besar dalam segala aspek kehidupan manusia, termasuk dalam dunia arsitektur. Semakin terintegrasinya teknologi dan manusia membawa perubahan besar dalam cara kita merancang, membangun, dan mengelola bangunan. Adanya otomatisasi dalam perancangan arsitektur adalah salah satu perubahan besar yang terjadi. Otomatisasi perancangan arsitektur mengacu pada penggunaan komputer dan AI untuk menggantikan atau membantu proses desain arsitektur yang sebelumnya dilakukan secara manual oleh arsitek. Dalam era 5.0, otomatisasi perancangan arsitektur menjadi semakin relevan karena menghadapi tantangan kompleks dalam merancang bangunan yang efisien, berkelanjutan, dan ramah lingkungan.

Dalam era 5.0, teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), komputasi awan, Internet of Things (IoT), dan pemodelan informasi bangunan (BIM) telah memungkinkan arsitek untuk mengotomatisasi proses perancangan. Dengan bantuan algoritma dan analisis data yang canggih, komputer dapat menghasilkan desain bangunan yang efisien, estetis, dan mempertimbangkan faktor-faktor penting seperti keberlanjutan, keamanan, dan kenyamanan. 

Otomatisasi perancangan arsitektur juga dapat mempercepat proses desain. Dengan menggunakan perangkat lunak khusus dan algoritma yang canggih, komputer dapat menghasilkan berbagai opsi desain dalam waktu singkat. Ini memungkinkan arsitek untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan dengan cepat dan membuat keputusan yang lebih baik dalam perancangan. arsitek dapat menciptakan variasi desain dalam waktu singkat dan dengan mudah mengevaluasi setiap opsi secara visual. Hal ini memungkinkan mereka untuk membuat keputusan yang lebih baik dan efisien dalam perancangan, serta menghemat waktu dan biaya yang terlibat dalam proyek.

A.Teori Otomatisasi perancangan arsitektur

Teori otomatisasi perancangan arsitektur terutama pada era 5.0 ini melibatkan penggunaan algoritma, pemrosesan data, dan perangkat lunak untuk membantu arsitek merencanakan, merancang, dan mengevaluasi proyek arsitektur. Tujuan utama dari teori ini adalah untuk meningkatkan efisiensi, ketepatan dan kualitas perencanaan serta untuk mempercepat pembangunan proyek. Beberapa teori dan konsep yang relevan dalam otomatisasi perancangan arsitektur dalam era revolusi industri adalah sebagai berikut :  

  1. Teknologi BIM (Building Information Modeling) : BIM adalah metode pengelolaan informasi digital yang menyediakan representasi tiga dimensi dari sebuah bangunan, meliputi elemen-elemen seperti struktur, MEP (mekanikal, elektrikal, dan pipa), dan informasi terkait lainnya. BIM memungkinkan arsitek untuk membuat, mengintegrasikan, dan berbagi model digital yang akurat, yang mempermudah kolaborasi tim, analisis, dan visualisasi.
  2. Generasi Desain Otomatis : Dalam era revolusi industri, algoritma otomatisasi perancangan arsitektur dapat menghasilkan berbagai desain secara otomatis berdasarkan parameter dan persyaratan yang ditentukan. Penggunaan teknik generatif, seperti algoritma genetika atau optimasi berbasis aturan, dapat mempercepat proses desain dan menghasilkan variasi solusi yang lebih banyak.
  3. Analisis dan Evaluasi Berbasis Komputasi: Teknologi komputasi yang canggih memungkinkan analisis dan evaluasi yang lebih akurat dan efisien terhadap desain arsitektur. Misalnya, algoritma dapat digunakan untuk analisis struktural, analisis energi, simulasi pencahayaan alami, evaluasi bioklimatik, dan lain sebagainya. Hal ,ini membantu dalam memastikan desain memenuhi persyaratan fungsional, teknis, dan keberlanjutan.
  4. Integrasi Sistem dan Internet of Things (IoT): Era revolusi industri ditandai dengan pengembangan IoT dan kemampuan untuk mengintegrasikan sistem-sistem bangunan. Arsitektur dapat diotomatisasi dengan menghubungkan berbagai sistem bangunan, seperti sistem manajemen energi, pencahayaan, keamanan, dan lain sebagainya. Hal ini memungkinkan pengontrolan dan pengaturan otomatis berdasarkan data dan kebutuhan real-time.
  5. Pembuatan Prototipe Virtual dan Augmented Reality (VR/AR): Teknologi VR/AR memungkinkan arsitek untuk membuat prototipe virtual dari desain mereka, yang dapat diakses dan diinteraksikan secara real-time. Ini memfasilitasi komunikasi visual yang lebih baik dengan klien dan pemangku kepentingan lainnya, serta memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang desain sebelum memasuki tahap konstruksi.
John Frazer, seorang arsitek dan ahli komputasi yang memperkenalkan konsep Generative Design, berpendapat bahwa dengan menggunakan algoritma genetika dan optimasi, komputer dapat menghasilkan variasi desain yang beragam Can memilih solusi terbaik berdasarkan kriteria yang ditentukan. Salah satu contoh program Generative design yang diciptakan oleh tim arsitek bernama Peter Leuchovious, Mads Kjær Ravn dan Gaia Cella.

 

 

Peter Leuchovious - Gaia Cella - Peter Leuchovious, Mads Kjær Ravn
Finch desain
Finch desain

B.Algoritma Otomatisasi perancangan arsitektur pada tools AI

Algoritma merupakan serangkaian instruksi atau langkah-langkah logis yang dijalankan oleh komputer dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam konteks perancangan arsitektur, algoritma digunakan untuk mengotomatisasi proses desain dan menghasilkan solusi yang efisien dan optimal. Kostas Terzidis (2002) menyatakan bahwa saat ini arah baru untuk algorithmic design sedang dirumuskan. Ini melibatkan penggunaan algoritma untuk menghasilkan ruang dan bentuk yang berasal dari logika berbasis aturan yang melekat pada program arsitektur, tipologi, peraturan bangunan dan bahasa itu sendiri. 

Dengan kemajuan teknologi di Era Revolusi Industri 5.0, algoritma dalam otomatisasi perancangan arsitektur menjadi kian kompleks dan canggih. Teknologi tersebut dapat menggabungkan berbagai faktor dan kriteria dalam menghasilkan desain yang optimal. Namun, penting untuk diingat bahwa algoritma hanya alat, dan peran arsitek manusia tetap penting dalam menginterpretasikan, mengevaluasi, dan menyesuaikan hasil yang dihasilkan oleh algoritma tersebut. 

Salah satu jenis algoritma yang sering digunakan dalam otomatisasi perancangan arsitektur adalah algoritma genetika. Algoritma genetika merupakan metode yang terinspirasi dari proses evolusi di alam. Dalam otomatisasi perancangan arsitektur, algoritma genetika digunakan untuk menghasilkan variasi desain yang berbeda dan kemudian mengevaluasi serta memilih desain yang paling baik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. 

Algoritma AI

C.Pengaruh otomatisasi perancangan arsitektur di era revolusi industri 5.0 terhadap profesi arsitek

Di era Revolusi Industri 5.0, profesi arsitek mengalami perubahan signifikan dengan berkembangnya teknologi digital dan otomatisasi. Beberapa tugas rutin dan repetitif dapat diotomatisasi, seperti pembuatan gambar kerja, analisis konstruksi, dan manajemen proyek. Hal ini dapat mengubah peran arsitek dari fokus pada pekerjaan teknis dan administratif menjadi lebih fokus pada pengambilan keputusan yang kreatif, strategis dan kompleks. Arsitek akan lebih terlibat dalam menafsirkan hasil otomatisasi, memimpin tim, dan berkolaborasi dengan kelompok kepentingan yang berbeda.

Otomasi desain arsitektur dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja arsitektur. Tugas manual dan memakan waktu sebelumnya, seperti gambar detail atau perhitungan bangunan, dapat diselesaikan dengan cepat dengan sistem otomatis. Hal ini memungkinkan arsitek menghabiskan lebih banyak waktu untuk berpikir kreatif, penelitian desain, dan komunikasi klien.

Otomatisasi perancangan arsitektur memungkinkan arsitek dengan cepat mengakses dan menganalisis data yang lebih besar dan lebih kompleks. Sistem kecerdasan buatan dapat membantu mengoptimalkan solusi desain berdasarkan parameter yang berbeda seperti efisiensi energi, kualitas udara, atau keberlanjutan. Hal ini memungkinkan arsitek untuk membuat keputusan yang lebih tepat dan menghasilkan desain yang lebih baik dalam hal efisiensi dan keberlanjutan.

Secara umum, satu pekerjaan dan lainnya saling mempengaruhi. Penggantian tenaga kerja manusia menjadi kecerdasan buatan otomatisasi dapat mempengaruhi pekerjaan tersebut maupun pekerjaan lain yang berkaitan. Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan baik maupun perubahan yang bersifat merusak. Tanpa adanya otomatisasi pun, saat ini profesi arsitek sedang kurang menguntungkan. Menurut laporan yang dirilis oleh RIBA (Royal Institute of British Architects), resesi ekonomi global saat ini mengguncang profesi arsitek di Inggris. Di tengah persaingan dengan pekerja murah dari negara berkembang dan konsultan besar, arsitek perlu mengembangkan kemampuannya tidak hanya sebatas desainer, namun sekaligus sebagai problem solver. Hal lain yang mengkhawatirkan adalah kebutuhan layanan arsitek di Inggris telah menurun hingga 40% sejak 2008 dan diprediksi pula arsitek pada masa depan akan dipaksa untuk mampu bergerak di bidang industri konstruksi lain, selain desain. 

 

Royal Institute of British Architects

Kesimpulan

Otomatisasi perancangan arsitektur memiliki banyak keuntungan dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas, namun
juga memiliki keterbatasan dalam kreativitas, intuisi, kecerdasan emosional, dan adaptabilitas. Otomatisasi AI memiliki kekuatan dalam efisiensi, kecepatan, dan analisis data, sedangkan kreativitas manusia membawa keunggulan dalam inovasi, fleksibilitas, dan pengalaman pengguna. Kolaborasi antara keduanya sering menghasilkan hasil terbaik. Meskipun AI memiliki kelebihan dalam optimisasi, kreativitas manusia tetap penting dalam aspek estetika dan penyesuaian.
Kekurangan AI termasuk keterbatasan dalam berpikir di luar batasan dan kurangnya kemampuan untuk menghasilkan desain unik, yang dapat diatasi dengan kreativitas manusia.Oleh karena itu, kombinasi antara otomatisasi dan kreativitas manusia dapat menghasilkan hasil yang lebih baik dalam perancangan arsitektur. Berkembangnya teknologi ini memungkinkan dapat menjadikan peran arsitek akan bergeser dari pekerjaan teknis dan administratif menjadi pengambilan keputusan yang lebih strategis dan kompleks. Arsitek perlu mengembangkan keterampilan baru dan beradaptasi dengan teknolog terbaru untuk tetap relevan dalam era revolusi industri 5.0.

Referensi :

Effendi, A. C., & Dewi, Y. K. (2023, Januari). ANALISIS BIBLIOMETRIK PERANCANGAN ARSITEKTUR DENGAN KECERDASAN BUATAN. SARGA : JOURNAL OF ARCHITECTURE AND URBANISM, 17. doi:10.56444/sarga.v17i1.219

 Effendi, A. C., & P. S. (2021, September). PERAN ARTIFICIAL INTELLIGENCE DALAM TAHAP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN DESAIN ARSITEKTUR. JoDA-Journal of Digital Architecture, 1. doi:10.24167/joda.v1i1.3682 finch 3D. (n.d.). Retrieved from https://www.finch3d.com/: https://www.finch3d.com/ 

Gunagama, M. G., & Lathifa, N. F. (2017). AUTOMATICTECTURE : OTOMATISASI PENUH DALAM ARSITEKTUR MASA DEPAN. Jurnal Arsitektur NALARs , 54. 

Oxman, R. (2006). Digital design thinking: In architecture, engineering, design and manufacturing. John Wiley & sons Pauwels, P., & De Meyer, R (2017). Generative design in architecture. Wiley

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *